cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya
ISSN : 20859937     EISSN : 25981242     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Patanjala means river water that constantly flowing along the path through to the estuary. As well as the characteristics of river water, all human have to work and do good deeds, with focus on future goals. Patanjala is a journal containing research results on cultural, artistic, and film values as well as history conducted by Center for Preservation of West Java Cultural Values (in West Java, DKI Jakarta, Banten and Lampung working areas. In general, the editors also received research articles in Indonesia. Patanjala published periodically three times every March, June, and September in one year. Anyone can quote some of the contents of this research journal with the provision of writing the source.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2011): PATANJALA VOL. 3 NO. 1 MARCH 2011" : 9 Documents clear
UPACARA SIRAMAN DAN NGALUNGSUR GENI DI DESA DANGIANG KABUPATEN GARUT Ani Rostiyati
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 3, No 1 (2011): PATANJALA VOL. 3 NO. 1 MARCH 2011
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4663.233 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v3i1.270

Abstract

Abstrak Upacara tradisional merupakan kegiatan upacara yang berhubungan dengan tradisi berbagai macam peristiwa pada masyarakat yang bersangkutan. Upacara tradisional juga bagian integral dari kebudayaan masyarakat pendukungnya. Oleh karena itu, upacara tradisional dapat mengikat rasa solidaritas warga  dan memiliki nilai-nilai penting sebagai pedoman perilaku masyarakatnya. Namun,  bukan tidak mungkin upacara itu satu demi satu tersingkirkan. Di antaranya upacara dirasakan tidak lagi bermanfaat bagi masyarakat pendukungnya. Kekhawatiran tersebut mendorong perlu dilakukannya penelitian upacara tradisional, agar masyarakat terutama para generasi muda bisa tetap mengetahui tinggalan leluhur. Salah satu upacara tradisional yang masih berlangsung adalah upacara Siraman dan Ngalungsur Geni di Desa Dangiang, Kec. Banjarwangi, Kab. Garut. Upacara ini bertujuan  untuk menghormati leluhur dengan ziarah ke makamnya dan memelihara tinggalan leluhur yang berupa benda keramat milik leluhur berupa keris, golok, dan meriam. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang melihat pada aspek nilai dan konsep berpikir pada masyarakat tersebut, serta penggalian data melalui observasi dan wawancara.      AbstractTraditional ceremony is a kind of ceremony that has something to do with the society in question. It is also an integral part of the culture of the society itself. Therefore, traditional ceremony can make a bond within members of the society and has valuable meaning as guidance for the behaviour of the members of the society itself. Yet, the ceremonies are vanished one after another. The reason is that the society does not think they are useful enough for them. This research is based on that condition, hoping that young generation will preserve this legacy. Upacara Siraman and Ngalungsur Geni are ones that are still conducted in Desa Dangiang Kecamatan banjarwangi, Kabupaten Garut. These two traditional ceremonies are intended to give honour to the ancestors by visiting their tombs and preserving their legacy such as sacred things like kris, machete, and canon. This is a descriptive research with qualitative approach, seeking aspects of values and the society’s concept of thinking. Data are obtained through observation and interview.
WAWANCARA KAJIAN STRUKTURAL DAN ANALISIS ISI Agus Heryana
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 3, No 1 (2011): PATANJALA VOL. 3 NO. 1 MARCH 2011
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5404.719 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v3i1.261

Abstract

AbstrakWawacanBuhaeradalahsebuahnaskahkoleksiBalaiPengelolaanMuseumNegeri Sribaduga Provinsi Jawa Barat dan Ecole Frangaise d'Extreme-Orient(EFEO-Jakarta)yangditulis tangandengan menggunakanhurufArab PegonsertadalambahasaSunda.TeksWawacanBuhaerberisimengenai tokohBuhaer.Buhaeradalah nama seorang pemudamiskin yangmenjadi kayakarena faedah tigabualiazimat sakti. Tujuan penelitian teksWawacan Buhaer adalahuntukmengungkapdan menyosialisasikan nilai budayanya. Guna mengungkap kandungannya, teksWawacanBuhaerdikajidarisudut bidangsastradenganmenggunakanpendekatanstukturaldananalisisisi.Hasilpengkajiannyamemberikangambaranbahwadidalammencapaicita-citaataukeinginanseseorangharusmempunyaisemangat,keteguhanhati,ketabahandankesabarandalampenderitaan, serta kekuatah ataukemampuandirididalammenanggulangirintanganataugangguan. AbstractsWawacan Buhaer is a manuscript that belongs to Balai PengelolaanMuseum Negeri Sribaduga, the Province ofWest Java andEcole Francaised'Extreme-Orient (EFEO), Jakarta. It is written in Arab Pegon with theSundanese language. It tells about Buhaer, apooryoung man who becamerich becausehe hadthreemagicalamulets. Theresearch triedto revealandtosocialize its cultural valuesfrom literaturepoint ofviewbymeans ofstructuralapproach and content analysis. The resultgives us viewthat ifwe have a desirethen we have to have the strength, eithermentally or spiritually, to cope withany kinds ofobstacles.
FUNGSI DAN PERANAN PEMIMPIN INFORMAL MASYARAKAT KAMPUNG URUG DI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Tjetjep Rosmana
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 3, No 1 (2011): PATANJALA VOL. 3 NO. 1 MARCH 2011
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4857.64 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v3i1.275

Abstract

AbstrakPemimpin informal dalam suatu kampung adat sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari, oleh sebab itu eksistensinya tidak dapat dihilangkan. Ia tumbuh dan berkembang serta muncul dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakatnya. Oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Kajian mengenai Fungsi dan Peranan Pemimpin Informal pada Masyarakat Kampung Urug, di Kabupaten Bogor. Dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana, mengapa dan dalam hal apa saja pemimpin adat di kampung adat tersebut berperan. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk memperoleh data seluas-luasnya di lapangan dalam rangka mempelajari kondisi masyarakat yang sedang diteliti. Kegiatan yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai peranan pemimpin adat dalam kehidupan masyarakat. Data dianalisis secara kualitatif dan diharapkan dapat menggambarkan mengenai peranan pemimpin adat. AbstractInformal leaders play an important role in daily life of a kampung adat. Therefore, his existence can not be eliminated. This kind of leaders grow and develop within, by, and for his community. The author is interested in studying the role and function of an informal leader in Kampung Urug in Kabupaten Bogor, in order to know to what extent is his function and role in the community. The author has conducted a descriptive method, the one that is used to get data as vast as possible during fieldwork to study the community in question and collecting information concerning the role of the adat leader in the life of the society. Data were analysed qualitatively and hopefully they can describe the role of the adat leader.
KEARIFAN LOKAL BERDASARKAN TINGGALAN BUDAYA DI SITUS PARUMASAN CIAMIS Lia Nuralia
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 3, No 1 (2011): PATANJALA VOL. 3 NO. 1 MARCH 2011
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5313.835 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v3i1.271

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan menginventarisasi tinggalan budaya di Situs Parumasan Ciamis yang berhubungan dengan aspek kearifan lokal pada masyarakat tradisional yang tinggal di sekitar situs. Fokus kajian ditujukan pada tinggalan budaya materi dan non materi dalam konsepsi budaya masa lalu, termasuk pengelolaan lahan yang disakralkan dan yang lebih bersifat profan bagi masyarakat sekitar, yang diterapkan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penelitian ini menggunakan metode penelitian budaya, dengan pendekatan arkeologis secara deskriptif dan penalaran induktif. Cara pengumpulan data dilakukan dengan survei atau pengamatan langsung terhadap Situs Parumasan. Untuk memahami lebih jauh pandangan masyarakat terhadap keberadaan Situs Parumasan, dilakukan pula wawancara dengan Juru Kunci Parumasan dan masyarakat setempat. Hasil penelitian menunjukkan adanya kearifan lokal berdasarkan tinggalan arkeologis, makna ritual keagamaan, dan upacara adat di antaranya terjaganya kelestarian alam dan keberlangsungan hidup yang nyaman dan aman. AbstractThe purpose of this research is to make an inventory of cultural heritages in the site of Parumasan in Ciamis that has a relationship to the local wisdom of traditional community that lives around the site. The foci are material and non-material cultural heritage that lived in old times, including sacred-land management and a more profane ones that applied to their daily life. The author has conducted a cultural research method with archaeological approach, either desciptively or inductively. Data were obtained by surveying or observing Parumasan site. Interview with juru kunci (key person) of Parumasan was also perfomed in order to get data about the perspective of the site from the community’s point of view. The result is that there is local wisdom based on archaeological heritage, religious rites and adat ceeremony resulting in conservation of the nature as well as a peaceful life.
SEJARAH KERAJAAN SUMEDANG LARANG Euis Thresnawaty S.
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 3, No 1 (2011): PATANJALA VOL. 3 NO. 1 MARCH 2011
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3912.064 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v3i1.276

Abstract

AbstrakMenelusuri sejarah keberadaan sebuah kerajaan merupakan salah satu upaya melakukan revitalisasi dengan semangat reformasi dengan mengambil hal-hal yang baik dan membuang yang buruk. Kerajaan dalam sejarah bangsa Indonesia menyimpan cerita kejayaan dengan berbagai pencapaian keunggulan budaya. Hal ini dapat menjadi pelajaran dan sumber kearifan di dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Atas dasar itu maka dilakukan penelitian  mengenai sejarah Kerajaan Sumedang Larang dengan tujuan untuk mengungkap proses berdiri dan berkembangnya. Adapun metode yang digunakan adalah metode sejarah. Ternyata Kerajaan Sumedang Larang memiliki catatan sejarah yang cukup panjang, karena mengalami tiga masa dalam catatan sejarahnya, yaitu saat didirikan masa klasik menjadi kerajaan bawahan Kerajaan Sunda Pajajaran, menjadi kerajaan Islami dan merdeka, serta menjadi kabupaten di bawah Kerajaan Islam Mataram.   AbstractTracing the history of a kingdom is one of the efforts  to revitalize the spirit of good old things and abandoning bad ones. In the history of Indonesian people kingdoms have contributed to the glorious story of the people’s cultural achievements. We can learn our lessons from the old wisdoms for the benefit of our lives today. Based on this point of view, the author has conducted a research on the Kingdom of Sumedang Larang in order to know its process of esblishment and development. History method is used in this research. Actually, Sumedang Larang had a quite long records of history because it had witnessed three periods of time: a) as a vassal of the Sunda Kingdom of Pajajaran in its classical period; b) as an independent Islamic kingdom, and c) as a kabupaten (regency) under the Islamic Kingdom of Mataram. 
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM PUISI SISINDIRAN BAHASA SUNDA DI KABUPATEN BANDUNG Aam Masduki
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 3, No 1 (2011): PATANJALA VOL. 3 NO. 1 MARCH 2011
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3554.527 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v3i1.272

Abstract

Abstrak Sindiran adalah salah satu bentuk puisi Sunda lama yang terdiri atas sampiran dan isi. Namun demikian kepuisiannya terbatas pada rima dan irama, bukan pada diksi dan imajinasi seperti halnya puisi modern (sajak). Bahasanya mudah dipahami seperti bahasa sehari-hari. Dalam sastra Indonesia bisa disebut pantun. Sisindiran “pantun” merupakan puisi rakyat yang sangat digemari masyarakat. Sisindiran dapat mengungkapkan atau mencerminkan perasaan, keadaan lingkungan, dan situasi masyarakat desa, petani, dan lain sebagainya. Biasanya dituturkan dalam suasana santai, berkelakar, berbincang-bincang, dan suasana formal, misalnya dalam upacara adat perkawinan, melamar, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, sangat luwes, mudah memasuki berbagai gendre sastra lainnya, seperti cerita pantun, wawacan, novel, cerpen, novelet bahkan kadang-kadang muncul juga pada puisi modern. Dilihat dari pembentukannya, kata sisindiran berasal dari bentuk dasar sindir ‘sindir’. Dengan demikian sisindiran merupakan bentuk kata jadian yang diperoleh dengan cara dwipurwa (pengulangan awal) disertai akhiran-an. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis yaitu seluruh data yang diperoleh dari lapangan dikumpulkan, kemudian dianalisis dengan cara dikaji dan diklasifikasikan menurut struktur, isi, dan fungsi yang dikandungnya. Adapun tujuan  dari penelitian ini adalah (1) Adanya sisndiran dalam bentuk tertulis merupakan dokumentasi pengawetan   karya sastra agar tidak mengalami kepunahan, (2) Menunjang kemudahan untuk menyusun sejarah sastra, serta pengembangan teori sastra, khususnya sastra lisan Sunda,.(3) Hasil pendokumentasian ini akan sangat bermanfaat untuk perbendaharaan bahasa, sastra, dan budaya daerah.  Hasil akhir dari penelitian ini  ungkapan-ungkapan dalam sisindiran diharapkan menjadi bahan bacaan yang dapat menuntun generasi berikut ke jalan kebaikan melalui ungkapan yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung (menyindir). AbstractSisindiran is a type of old Sundanese poem. It consists of sampiran and content. Sampiran is the first two rows that have nothing to do with the content but functions as rhyme to the sentence of the content. Unlike modern poems, sisindiran is practically limited to rhyme and rhythm, excluding diction and imagination. The language used in sisindiran is everyday and easy-to-understand one. Indonesian literature call it pantun. As a pantun, sisindiran is very popular amongst Sundanese people as it reflects feelings, village environment (the peasants and the village itself). Sisindiran is usually used either in formal and informal settings because it is very flexible, in terms of it is easily fitted to other genres such as carita pantun, wawacan, novels, short stories, even modern poems. Etymologically, sisindiran derives from the word sindir that has been duplicated and suffixed. This research has conducted a descriptive-analytical method. Data were collected then analysed by studying and classifying the structure, content and function they contain. The purpose of the research are: 1) to preserve literature arts by providing their written documents, 2) to make it easier to arrange literature history and developing theory of literature, especially for Sundanese oral literature, and 3) to enrich the treasures of regional languages, literatures, and cultures. Hopefully, the expressions used in sisindirann can be a guidance for young generations in order to make them take the good path in their future lives, either directly or indirectly (through allusions).
ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH KAMPUNG PULO Suwardi Alamsyah P.
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 3, No 1 (2011): PATANJALA VOL. 3 NO. 1 MARCH 2011
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4866.008 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v3i1.273

Abstract

AbstrakRumah tradisional Kampung Pulo dibangun oleh Embah Dalem Syarif Muhammad, sekitar abad ke-17. Pembangunan keenam rumah  dan sebuah masigit yang kini berada di Desa Cangkuang Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, diperuntukkan keenam putrinya dan seorang putranya. Arsitektur tradisional rumah Kampung Pulo, mencirikan unsur budaya Sunda, baik bentuk, struktur, dan ragam hiasnya walau tidak secara langsung, tetapi tetap mempertahankan tata nilai yang ada sepanjang perjalanan sejarahnya. Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan memahami peranan masyarakat di dalam mempertahankan arsitektur rumah serta fungsi simbol-simbol dalam kehidupan masyarakat serta hubungannya dengan arsitektur rumah Kampung Pulo. Adapun metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif analitis. AbstractTraditional houses of Kampung Pulo were built around 17th century by Embah Dalem Syarif Muhammad. These houses comprise six houses for his daughters and a mosque for his son. As a whole, the architecture of the houses reflect Sundanese traditional architecture that preserved its values over history. The goal of the research is to dig and to comprehend the role of the society in preserving the architecture and the function of symbols in the society in relation to the architecture itself. The methodology of research is based on Winarno Surakhmad (1985:139): a method that is used to investigate and to solve problems that covers collecting, analysing and interpreting data, as well as making conclusion based on the research. The author has conducted a descriptive-analytical method.
NILAI BUDAYA PADA DOLANAN DERMAYON Ria Intani T.
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 3, No 1 (2011): PATANJALA VOL. 3 NO. 1 MARCH 2011
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4436.108 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v3i1.274

Abstract

AbstrakZaman yang serba tek (baca: teknologi) membuat ruang gerak hal-hal yang berbau tradisional menjadi tidak leluasa. Bisa dikatakan nyaris semua sektor budaya terkena imbasnya. Termasuk juga permainan anak-anak. Fenomena itu menggerakkan dilakukannya penelitian terhadap permainan tradisional anak-anak. Tujuannya tidak lain untuk menggali permainan tradisional yang ada di suatu daerah, dalam hal ini Indramayu. Indramayu adalah kota kabupaten yang juga sudah tersentuh teknologi dengan Balongan sebagai ikonnya. Kenyataan menunjukkan bahwa dari sejumlah permainan yang pernah ada, tidak semuanya masih dilakukan. Ada permainan yang sudah tidak dilakukan  tetapi masih dikenal namanya, ada pula yang sudah tidak dikenal sama sekali. Hal yang cukup menarik adalah dalam lingkup satu kabupaten terdapat permainan yang jenisnya sama namun namanya berbeda. Hal ini bisa dipahami terutama oleh karena adanya dua kultur di sana, pantai dan pertanian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.   AbstractDuring this era of modern technology, traditional things became fade away. The impacts are reflected on almost every cultural sectors, including children’s games. This phenomenon has made the author conduct a research on it, and the object was traditional children’s game in Indramayu. Indramayu has witnessed many modern technologies, and Balongan is the icon. The author finds that there are many traditional games that are not played any more, some are still played, and the rest are only names that left. The author also finds an interesting fact: in the same regency there are different kinds of games that have same name. It probably because Indramayu has two subcultures: maritime and agriculture. Descriptive method and qualitative approach were applied to the research.
SEJARAH PESANTREN MIFTAHUL HUDA MANONJAYA TASIKMALAYA Adeng Adeng
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 3, No 1 (2011): PATANJALA VOL. 3 NO. 1 MARCH 2011
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4008.327 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v3i1.269

Abstract

AbstrakPondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan Islam secara tradisional yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman, pondok pesantren tradisional berubah menjadi pondok pesantren modern dengan tidak meninggalkan agama sebagai pijakan. Salah satunya pesantren tradisional yang berkembang menjadi pesantren modern adalah Pesantren Miftahul Huda Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini diharapkan dapat mengungkap sejarah perkembangan Pesantren Miftahul Huda. Pengungkapan sejarah Pesantren Miftahul Huda dilakukan dengan menggunakan metode sejarah yaitu: heuristik, kritik, intepretasi, dan historiografi. Dengan demikian, pondok pesantren sekarang ini tidak hanya mengajarkan ilmu keagamaan saja tetapi ilmu pengetahuan dan masalah keduniawian. Oleh karena itu, pondok Pesantren Miftahul Huda mempunyai tiga peranan penting, yaitu: sebagai lembaga pendidikan Islam, pengembangan sumber daya manusia, dan pengembangan masyarakat.  AbstractPondok Pesantren ia as an Islamic educational institution that lives and grows within a society. As the time goes by pesantren gradually left its traditional style behind, turning into a more modern one without leaving religion as the basis of their educational system. One of which is Pesantren Miftahul Huda Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya. This research tries to study the history of the Pesantren by using methods used in history: heuristics, critique, interpretation, and historiography. The result is that today pesantren is also teach general sciences as well as religious ones. Therefore Pesantren Miftahul Huda has three important roles: as Islamic educational institution, as a place for developing social and human resources.

Page 1 of 1 | Total Record : 9


Filter by Year

2011 2011


Filter By Issues
All Issue Vol 13, No 2 (2021): PATANJALA VOL. 13 NO. 2 OKTOBER 2021 Vol 13, No 1 (2021): PATANJALA VOL. 13 NO. 1 APRIL 2021 Vol 12, No 2 (2020): PATANJALA VOL. 12 NO. 2 Oktober 2020 Vol 12, No 1 (2020): PATANJALA VOL. 12 NO. 1 April 2020 Vol 11, No 3 (2019): PATANJALA VOL. 11 NO. 3, September 2019 Vol 11, No 2 (2019): PATANJALA Vol. 11 No. 2, JUNE 2019 Vol 11, No 1 (2019): PATANJALA Vol. 11 No. 1, MARCH 2019 Vol 10, No 3 (2018): PATANJALA Vol. 10 No. 3, September 2018 Vol 10, No 2 (2018): PATANJALA Vol. 10 No. 2, JUNE 2018 Vol 10, No 1 (2018): PATANJALA VOL. 10 NO. 1, MARCH 2018 Vol 9, No 3 (2017): PATANJALA VOL. 9 NO. 3, SEPTEMBER 2017 Vol 9, No 2 (2017): PATANJALA VOL. 9 NO. 2, JUNE 2017 Vol 9, No 1 (2017): PATANJALA Vol. 9 No. 1 MARCH 2017 Vol 8, No 3 (2016): PATANJALA Vol. 8 No. 3 September 2016 Vol 8, No 2 (2016): PATANJALA VOL. 8 NO. 2 JUNE 2016 Vol 8, No 1 (2016): PATANJALA VOL. 8 NO. 1 MARCH 2016 Vol 7, No 3 (2015): PATANJALA VOL. 7 NO. 3 SEPTEMBER 2015 Vol 7, No 2 (2015): PATANJALA VOL. 7 NO. 2 JUNE 2015 Vol 7, No 1 (2015): PATANJALA VOL. 7 NO. 1 MARCH 2015 Vol 6, No 3 (2014): PATANJALA VOL. 6 NO. 3 SEPTEMBER 2014 Vol 6, No 2 (2014): PATANJALA VOL. 6 NO. 2 JUNE 2014 Vol 6, No 1 (2014): PATANJALA VOL. 6 NO. 1 MARCH 2014 Vol 5, No 3 (2013): PATANJALA VOL. 5 NO. 3 SEPTEMBER 2013 Vol 5, No 2 (2013): PATANJALA VOL. 5 NO. 2 JUNE 2013 Vol 5, No 1 (2013): PATANJALA VOL. 5 NO. 1 MARCH 2013 Vol 4, No 3 (2012): PATANJALA VOL. 4 NO. 3 SEPTEMBER 2012 Vol 4, No 2 (2012): PATANJALA VOL. 4 NO. 2 JUNE 2012 Vol 4, No 1 (2012): PATANJALA VOL. 4 NO. 1 MARCH 2012 Vol 3, No 3 (2011): PATANJALA VOL. 3 NO. 3 SEPTEMBER 2011 Vol 3, No 2 (2011): PATANJALA VOL. 3 NO. 2 JUNE 2011 Vol 3, No 1 (2011): PATANJALA VOL. 3 NO. 1 MARCH 2011 Vol 2, No 3 (2010): PATANJALA VOL. 2 NO. 3 SEPTEMBER 2010 Vol 2, No 2 (2010): PATANJALA VOL. 2 NO. 2 JUNE 2010 Vol 2, No 1 (2010): PATANJALA VOL. 2 NO. 1 MARCH 2010 Vol 1, No 3 (2009): PATANJALA VOL. 1 NO. 3 SEPTEMBER 2009 Vol 1, No 2 (2009): PATANJALA VOL. 1 NO. 2 JUNE 2009 Vol 1, No 1 (2009): PATANJALA VOL. 1 NO. 1 MARCH 2009 More Issue